Pilkadanews.com – Kompetisi politik di Pilkada Jawa Tengah (Jateng) 2024 memasuki babak penting dengan terlaksananya debat kedua antar pasangan calon, yang mengusung tema pembangunan infrastruktur serta ketahanan pangan di tengah tantangan perubahan iklim dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Debat yang diadakan pada Minggu (10/11/2024) malam menjadi refleksi ketegangan elektoral dengan kedua kandidat, yakni Andika Perkasa-Hendrar Prihadi dan Ahmad Luthfi-Taj Yasin, yang menampilkan perbedaan menonjol dalam visi, misi, dan penanganan isu krusial.
Dalam konteks yang ketat ini, hasil survei elektabilitas menunjukkan keunggulan tipis Andika Perkasa-Hendrar Prihadi atas Ahmad Luthfi-Taj Yasin, dengan kedua paslon terpaut selisih yang tidak signifikan.
Survei yang dilakukan oleh enam lembaga berbeda menempatkan Andika-Hendrar di angka 48 persen, sementara Ahmad Luthfi-Taj Yasin di 47,5 persen.
Pencoblosan yang dijadwalkan pada 27 November 2024 mendatang, menempatkan Pilkada Jateng 2024 dalam sorotan sebagai kontes yang berpotensi berakhir ketat.
Pasangan nomor urut 01, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi, menghadapi debat kedua dengan gaya yang koheren tetapi tetap berbeda. Andika terlihat mengenakan kemeja warna hijau sedangkan Hendi mengenakan kemeja warna hijau, keduanya mengenakan celana hitam.
Di sisi lain, paslon nomor urut 02, Ahmad Luthfi-Taj Yasin, memilih untuk serasi dengan kemeja biru dengan aksen batik, menggambarkan solidaritas dan visi bersama yang mereka usung.
Andika Perkasa menyatakan keyakinan atas perkembangan indeks ketahanan pangan yang positif di Jateng selama lima tahun terakhir.
“Kami secara umum akan selalu menyertakan pembangunan infrastruktur dan pembangunan ketahanan pangan dengan upaya untuk memitigasi kerusakan lingkungan sedemikian rupa,” kata Andika Perkasa.
Sementara itu, Ahmad Luthfi membawa ke permukaan berbagai keluhan dari petani, pelaku UMK dan nelayan yang dia temui, menegaskan komitmennya dan Taj Yasin untuk menangani masalah yang dihadapi masyarakat.
“Tidak ada lagi petani menanyakan pupuk, tidak ada lagi nelayan menanyakan solar, tidak ada lagi ibu yang merasakan kesulitan sekolah,” kata Luthfi, menunjukkan fokus pada kesenjangan sosial dan ekonomi.
Terkait bencana alam, survei BNPB menunjukkan tingkat kejadian yang tinggi di Jateng—suatu topik kritis dalam debat. Andika Perkasa mencatat peranan manusia dalam bencana tersebut, seperti banjir akibat penurunan permukaan tanah karena penggunaan air tanah yang berlebihan.
Ia mengusulkan pengenaan pajak yang lebih tinggi sebagai salah satu cara mitigasi. Di pihak lain, Ahmad Luthfi menyarankan evaluasi peraturan daerah dan kerja sama dengan desalinasi sebagai metode yang efektif.
Persoalan pupuk juga muncul sebagai titik krusial, dengan Luthfi mengkritik sistem Kartu Tani dan berjanji untuk menghapusnya bila terpilih.
Hendrar Prihadi, sebaliknya, memandang alat bantu pertanian sebagai solusi yang disebutnya dapat lebih mengatur penggunaan pupuk yang tepat.
Dalam menghadapi kemiskinan, Andika menekankan pentingnya membenahi infrastruktur, sedangkan Luthfi menganggap program pendidikan dan kesehatan gratis sebagai solusi.
Di tengah perseteruan ini, kedua paslon menghadirkan pendekatan yang berbeda terhadap isu-isu seperti kemajuan infrastruktur Jateng, ketahanan pangan, dan perubahan iklim.
Strategi Andika dan Hendrar kontra kebijakan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin, serta dampak debat Pilkada Jateng pada elektabilitas mereka, akan terus menjadi obrolan hangat seputar Pilkada Jateng 2024 yang sengit ini.