Pilkadanews.com – Perhelatan debat publik kedua Pilgub Jatim 2024 yang diselenggarakan di Grand City Convex telah meninggalkan sejumlah catatan penting terkait performa dan tanggapan paslon gubernur Jawa Timur.
Eksplorasi gagasan dan penegasan komitmen oleh Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta, Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim, serta paslon petahana Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak menjadi sorotan hangat, sehubungan dengan polemik birokrasi dan upaya anti-korupsi.
Hasil debat yang mengambil tema “Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif dan Inovatif serta Pelayanan Publik yang Inklusif untuk Keadilan Masyarakat Jatim” menyoroti bagaimana masing-masing paslon menawarkan visi misi dan strategi inovatif dalam mengelola pemerintahan untuk lima tahun mendatang.
Debat yang berlangsung pada Minggu malam, 3 November 2024 ini, memberikan panggung bagi ketiga paslon untuk menguraikan program unggulan mereka di hadapan publik Jawa Timur.
Keseruan debat terutama terlihat saat Tri Rismaharini mengungkapkan visi “Resik-resik Jatim” yang menekankan pada pemerintahan yang baik, akuntabel, transparan, dan partisipatif.
“Bagaimana kita berikan pertanggungjawaban soal akuntabilitas. Makanya kami gunakan TI agar kita bisa jamin kapan perizinan bisa selesai, biaya berapa, dan lainnya bisa langsung dipantau oleh masyarakat,” ujar Risma.
Sebaliknya, Luluk Nur Hamidah menyoroti tantangan yang akan dihadapi Jawa Timur di masa depan, dengan khusus mengacu pada realitas yang diungkapkan Indonesia Corruption Watch (ICW) tahun 2023 tentang jumlah kasus korupsi yang tinggi di Jawa Timur.
Luluk menyatakan kebutuhan mendesak atas kepemimpinan yang solutif dan antikorupsi: “Jangan pernah berbangga kalau kita terima banyak penghargaan. Apalah artinya penghargaan kalau rakyat masih miskin.”
Sementara itu, strategi anti-korupsi tidak luput dari perhatian Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim, Aang Kunaifi. Dari debat terlihat bahwa setiap paslon memiliki keinginan untuk pemerintahan yang bebas dari korupsi.
Khofifah Indar Parawansa, si petahana, tampak unggul dalam elektabilitas pasca debat, dengan menyesuaikan kemajuan yang telah dicapai Jatim selama kepemimpinannya.
“Begitu banyak penghargaan yang sudah kami terima regional-nasional-internasional karena kerja keras dan sinergisitas kita semua,” ucap Khofifah, merujuk pada total 738 penghargaan yang telah diraih pemerintahannya.
Strategi Tri Rismaharini dan Luluk Nur Hamidah dalam mengejar elektabilitas Khofifah menjadi sorotan pengamat, mengingat Khofifah dan pasangannya, Emil, memiliki elektabilitas tinggi sebelum dan setelah debat, berdasarkan data survei dari Katadata Insight Center dan Potracking Indonesia.
Pasangan Emil dan Khofifah sendiri tidak kalah cemerlang dalam memaparkan program unggulan mereka, mencakup pembangunan yang inklusif, peningkatan ekonomi, dan pencegahan korupsi.
Emil menegaskan bahwa pencapaian pemprov di bidang pencegahan korupsi dan inovasi tidak terlepas dari hasil kinerja yang solid.
Dengan gaya yang meyakinkan, Khofifah-Emil telah mencanangkan CETTAR (cepat, efektif, efisien, tanggap, transparan, akuntabel dan responsif) sebagai ruh tata kelola pemerintahannya.
Sebagai bukti konkrit dari komitmennya, Khofifah menyebutkan “Kami bersyukur bahwa kemajuan yang dicapai Jatim insyaallah adalah kemajuan yang nyata adanya.”
Debat yang mengedepankan berbagai aspek tata kelola pemerintahan ini telah memberikan wawasan yang lebih luas dan mendalam bagi warga Jawa Timur dalam menentukan pilihan pemimpin mereka yang baru di Pilgub Jatim 2024.
Dengan pemaparan yang detil dan jernih dari masing-masing paslon, warga Jatim dihadapkan pada pilihan-pilihan berbasis fakta untuk mendorong masa depan yang lebih baik bagi provinsi mereka.
Baca Juga: Diterima Prabowo dan Jokowi, Ridwan Kamil Yakin Dapat Dukungan Pilkada DKI 2024