PKS sendiri tidak mampu mengusung pasangan calon secara mandiri, mengingat perolehan kursi mereka yang hanya mencapai 18, belum cukup untuk memenuhi syarat pencalonan.
Selain PKS, Anies juga didukung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Nasdem, dua partai yang juga mendukungnya pada Pilpres 2024.
Namun, sinyal terbaru dari kedua partai tersebut menunjukkan kemungkinan mereka akan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, meninggalkan Anies tanpa dukungan yang cukup.
PKS pun mulai memberikan tanda-tanda untuk menarik dukungannya dari Anies. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan Anies dalam memenuhi tenggat waktu 40 hari yang diberikan PKS untuk menyelesaikan permasalahan koalisi dengan Sohibul Iman.
Juru Bicara PKS, M Kholid, menekankan bahwa waktu yang diberikan seharusnya sudah cukup bagi Anies untuk mengamankan tiket pencalonan.
Kholid juga menyoroti upaya keras yang dilakukan oleh Presiden PKS, Ahmad Syaikhu, yang bahkan turun tangan langsung mencari mitra koalisi tambahan agar Anies dan Sohibul Iman dapat maju dalam Pilkada Jakarta 2024.
Meski begitu, Anies tetap optimistis. Ia meyakini masih ada peluang bagi dirinya untuk mendapatkan dukungan partai lain sebelum pendaftaran calon gubernur dimulai.
Menurut Anies, meski komunikasi politik yang dilakukannya tidak banyak dipublikasikan, proses lobi-lobi terus berjalan demi mencapai tujuan.
Berbeda dengan Pilkada Jakarta 2017, di mana PKS dan Anies tampak sangat solid, kali ini dukungan PKS tampaknya berada dalam situasi yang tidak pasti.
Pada 2017, PKS bersama Gerindra berhasil mengantarkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai pasangan pemenang melawan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat. Kini, Anies harus berjuang lebih keras untuk mengulang kesuksesan itu di tengah dinamika politik yang semakin kompleks.
Baca Juga: Anies Baswedan Yakin Aspirasi Rakyat Jakarta Terjaga Meski PKS Bergabung KIM Plus