Tegal – Ritual Thudong yang dilakukan oleh 34 orang biksu manca negara asal negara Thailand dan Malaysia, kini telah memasuki wilayah Kota tegal, Jawa Tengah.
Tampak mereka sampai di kota Tegal disambut oleh Wakil Walikota Tegal M. Jumadi ST, MM, TNI Polri dan Banser untuk melanjutkan pengawalan tujuan ke klenteng Thek Hay Kiong untuk beristirahat, selasa (23/5).
Rombongan 34 orang biksu memasuki wilayah Kecamatan Margadana yang di kawal oleh berbagai relawan serta disambut meriah oleh warga masyarakat yang ingin melihat langsung perjalanan para biksu.
Sesampainya di klenteng mereka disambut meriah oleh Wakil Walikota Tegal M.Jumadi dan relawan serta pengurus klenteng, kemudian rombongan beristirahat sebentar lalu melakukan ritual keagamaan di aula klenteng dan memberikan Doa kepada penganut agama Budha yang ada di kota tegal.
Para bhiksu akan melanjutkan perjalanan menuju candi Borobudur namun akan singgah di kediaman Pondok Pesantren Habib Luthfi Pekalongan, yang dijadwalkan pada tanggal 25 Mei 2023
Sementara dijelaskan Effendi (48) dari Yayasan Maha Kassapa Thera Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat, bahwa ritual yang dilakukan 32 orang biksu mancanegara itu dimulai sejak 25 Maret 2023 lalu, dari Wat Phra Mahathat Varamahakau Han Provinsi Nakhon Si Thammarat, Thailand (start).
Kemudian melewati Negara Malaysia, Singapura, selanjutnya menyebrang pulau Batam Indonesia, kemudian ke wilayah Jawa Barat, dan seterusnya sampai finish di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Untuk informasi, Thudong adalah perjalanan ritual (jalan kaki) menempuh ribuan kilometer yang dilakukan oleh para biksu untuk melatih kesabaran. Pasalnya, selama perjalanan menuju ke Candi Borobudur di Magelang, mereka akan terkena panas matahari, hujan, dan hanya akan makan sebanyak satu kali setiap hari dengan minum seadanya. Selain itu mereka juga akan tinggal atau beristirahat di tempat seadanya
Sebelum melakukan perjalanan, para biksu harus melewati ritual berdiam diri di satu tempat dan berpuasa selama empat bulan lamanya di musim hujan. Selanjutnya, selama pelaksanaan longmars di musim kemarau, para biksu juga melakukan perenungan demi memenuhi dharma atau kewajiban mereka dan untuk mendapatkan dan mengembangkan kemampuan spiritual mereka.
Selama menjalani Thudong, biksu tidak membawa uang. Untuk memenuhi kebutuhan energy mereka menerima makanan (pindapata) dari umat Buddha melalui mangkuk.
Jadwal makan para biksu yang menjalani Thudong juga khusus yaitu mereka hanya diperbolehkan makan 1-2 kali sehari, yakni antara pukul 7 pagi dan 12 siang. Setelah jam 12 siang, mereka hanya diizinkan minum saja.
Biksu akan bermeditasi selama menjalani Thudong, termasuk saat istirahat. Mereka tidur dengan alas yang tidak lebih dari 50 sentimeter, dan bahkan ada yang tidur sambil duduk.
Adapun, lokasi peristirahatan biksu bukan di penginapan, melainkan di tempat-tempat ibadah lintas agama, seperti wihara, kelenteng, hingga pesantren.