iNews.id – Cucu Pakubuwono XII, BRA Putri Woelan Sari Dewi terus bermanuver politik menggalang dukungan untuk maju di Pilkada Solo 2020. Akhir pekan lalu dia bertemu dengan Ketua Dewa Pembina Yayasan Mega Bintang, Mudrick Sangidu.
Dia mengaku mendapat banyak ilmu terkait dinamika politik di Solo, khususnya menjelang Pilkada 2020. Terbilang baru di dunia politik, dia pun meminta saran kepada yang lebih senior.
“Pak Mudrick adalah senior politik dan kemasyarakatan di Solo. Saya sowan beliau karena ingin menambah wawasan dan pengetahuan terkait peta politik Pilkada 2020. Saya dapat banyak wejangan dan motivasi dari beliau,” katanya dikutip dari Solopos.com, Selasa (4/8/2020).
Dalam kesempatan itu Putri Woelan mengutarakan keinginannya maju di Pilkada Solo 2020. Tetapi Mudrick justru menyangsikan jalan cucu Pakubuwono XII itu mulus.
Keraguan itu lantaran sejumlah partai politik (parpol) pemilik kursi DPRD Solo merapat ke Gibran-Teguh yang diusung PDIP.
“Dia (Putri) menyampaikan ingin maju gitu. Saya tanya dari mana? Siapa yang mengusung? Soale, kelihatannya kok sudah tertutup semua,” ujar Mudrick.
Mudrick Sangidu mengatakan, Putri Woelan menemui dirinya pada akhir pekan lalu. Keduanya bertemu di kediaman Mudrick di Kartopuran, Solo.
“Tidak begitu lama. Cuma konsultasi, dia (Putri Woelan) pengin maju (Pilkada Solo) sebagai cawawali kalau tidak salah,” ujar Mudrick.
Meski demikian Mudrick melihat Putri Woelan merupakan sosok yang memiliki semangat juang untuk mewujudkan impian. Tetapi menurutnya modal semangat saja tidak cukup untuk melenggang di Pilkada Solo 2020.
Putri Woelan harus memiliki kendaraan politik. Satu-satunya jalan yakni membangun koalisi gabungan parpol minimal dengan sembilan kursi di DPRD Solo.
Saat ini hanya tinggal PKS yang tidak menyatakan dukungan kepada Gibran-Teguh. Masalahnya, PKS hanya memiliki lima kursi di DPRD Solo. Jadi, PKS harus berkoalisi jika ingin mengusung calon melawan Gibran-Teguh di Pilkada Solo 2020.
“Yang jadi persoalan mau maju (Pilkada Solo) pakai parpol apa, ini tinggal PKS. Yang namanya Partai Gerindra sudah ndlosor, tiarap. Karena perintah Pak Prabowo. Kok jadi begini petanya. Saya kontak Ketua Partai Gerindra Jateng tak dijawab,” katanya.